Greetings

Hello. My name is Tchi and this blog’s mine. I don’t write my own story here. I write about my RPG characters and Binjai Kingdom’s funny stories. Click here to read ‘my real stories’.

RPG Characters

RPG Characters

Wednesday, July 14, 2010

Ramuan 5, 88-89

Reon memutar bola mata diam-diam saat Profesor Snape tanpa sengaja mengingatkan mereka, para murid, mengenai ujian OWL yang sebentar lagi menjelang. Tanpa perlu disinggung pun histeria menyambut datangnya penangguhan hasil belajar selama lima tahun itu sudah merebak ke seluruh area sekolah, jelas tak hanya mendera para murid namun juga guru. Tampaknya stres ikut melanda para pendidik penyihir itu. Atau juga tidak; kalau dilihat dari ekspresi khas Kepala Asramanya. Tidak peduli.

Nona muda itu menggigit bibir ketika sang guru mengatakan bahwa ia hanya akan menerima murid terbaik di kelasnya. Reon bukanlah murid terbaik dalam bidang akademis, bahkan dalam bidang apapun juga. Sebagusnya ia tak mengambil pelajaran Ramuan di tahun NEWT nanti. Namun akhir-akhir ini ia mempertimbangkan untuk memilih pekerjaan sebagai apoteker. Gagasan bahwa ia dapat menyembuhkan orang lain entah bagaimana bisa membangkitkan minatnya. Sedikit--ia tidak sekalipun berpikir ingin menjadi Healer. Apoteker lebih mudah; lebih banyak waktu luang nantinya. Ia tidak gila Galleon; toh pada akhirnya ia hanya akan menghidupi diri sendiri. Intinya, semoga saja otaknya bisa diajak bekerjasama untuk meramu pada saat ujian. Daftar nilai itulah akses untuk masa depannya--atau seseorang.

Ia menunggu sampai kebanyakan rekannya sudah mengambil semua bahan yang dibutuhkan dari lemari, baru dirinya sendiri beranjak untuk mengambil beberapa bahan yang tertulis di buku. Gadis bermata onyx itu yakin bahan yang tersedia cukup bagi semua murid, dengan kualitas sama; jadi tak perlu berdesak-desakan apalagi berebutan seperti anak SD. Ia pernah menjadi siswa SD, tentu, berhubung ia berasal dari keluarga Muggle.

Setelah menaruh bubuk batu bulan dan sirup hellebore di atas meja, Reon melambaikan tongkatnya dan berkata "Aguamenti!" untuk mengisi kuali dengan air sekitar dua gelas kecil. Desisan Lacarnum Inflamarae dari mulut gadis itu segera saja membuat bagian bawah kuali terjilat-jilat lidah api. Setelah lima menit, ia menuangkan bubuk batu bulan ke kuali dan mengaduknya tiga kali searah jarum jam. Ditambahkannya dua tetes sirup hellebore.

Gadis it terus mengaduk isi kualinya dengan tatapan bosan, menunggu munculnya uap keperakan yang menandakan kalau pekerjaannya berhasil. Tampaknya dewi keberuntungan sedang bermurah hati; hanya dalam beberapa menit uap keperakan menguar dari permukaan kuali. Reon mematikan api dan menyendok ramuannya, enam atau tujuh kali, hingga memenuhi botol kaca kecil.

Ramuan Kedamaian.

Atau mungkin ini malah racun. Aku bukan peramu andal.

0 comments: