Greetings

Hello. My name is Tchi and this blog’s mine. I don’t write my own story here. I write about my RPG characters and Binjai Kingdom’s funny stories. Click here to read ‘my real stories’.

RPG Characters

RPG Characters

Wednesday, August 25, 2010

Koridor dan Tangga, "The Meaning of LOLWOOT" 2

Reon mengernyitkan dahi, respon ketika melihat si bocah Gryffindor yang barusan terjatuh itu langsung lengser ke lantai--untuk kedua kalinya--dengan mata tertutup. Apa yang sudah diberikan anak Slytherin itu? Racun? Sepertinya bukan; para ular memang kejam tapi tidak bodoh. Memangnya anak itu mau ditendang dari Hogwarts? Ia yakin tidak. Ramuan itu mirip Tegukan Hidup Bagai Mati yang kemarin dulu dibuatnya, tetapi warnanya berbeda... ramuan tidur standar, barangkali.

Baiklah, anak itu memang Slytherin. Ramuan itu sudah berhasil disusupkannya ke Hogwarts tanpa ketahuan Filch. Reon mengamati apa yang selanjutnya dilakukan gadis itu sambil mengatupkan mulut. Junior tersebut mengeluarkan gunting, lalu...

what the...? Nona berambut hitam itu mendengus tak percaya. Gadis itu menggunting rambut temannya sendiri. Betapa ceroboh! Meskipun sekarang sedang tidak banyak orang, tapi koridor lantai dasar termasuk sering dilewati; baik oleh guru maupun murid. Kalau sampai anak ini-dan-seorang-temannya-entah-siapa ketahuan, bisa berakibat detensi dan pengurangan poin asrama. Reon tidak peduli kalau bocah itu didetensi, tapi kalau poin asrama mereka yang sudah hancur dikurangi... para prefek Slytherin bisa digantung lagi.

Well, kalau pacarnya bukan salah satu dari para prefek itu, ia juga takkan peduli.

"Senior mau berdiri begitu saja seperti Hufflepuff dan Gryffindor tak berguna itu, atau membantuku melakukan pertunjukkan ini?"

Gadis enam belas tahun itu terpaku beberapa detik. Pertanyaan itu bernada menantang. Dan menggoda. Sangat menggoda. Reon jarang mendapat kesempatan untuk berbuat kegilaan semacam itu; sepasang matanya sudah berkilat penuh semangat. Ia sudah menatap gunting yang dikeluarkan si junior dengan penuh hasrat ketika teringat wibawanya sebagai senior. Seketika di benaknya terbayang adegan dia membersihkan toilet dengan cara Muggle bersama bocah-bocah dihadapannya itu. Enak saja. Ia tak mau terlihat seperti induk ayam di antara anak-anak ingusan.

Tapi menghentikan kegiatan dua bocah di depannya itu? Bukan pilihan yang menarik. Lagipula ini kan bukan urusannya, kenapa ia tiba-tiba jadi terlibat? Reon mengeluarkan sehelai sapu tangan hitam dari saku jubahnya, kemudian dengan hati-hati mengambil gunting karatan di lantai, berupaya agar sidik jarinya sendiri tidak menempel. Kemudian didekatinya junior yang tertidur itu, diletakkannya gunting tersebut tepat di telapak tangannya, menimbulkan kesan seolah-olah gadis itu tertidur sambil memegang gunting.

"Sleep well, dear." ucapnya tanpa suara. Lalu ia berpaling pada anak-anak yang ada di sana.

"Lain kali, pastikan kalian sudah membuat rencana yang matang sebelum bersenang-senang." ujarnya, sepasang mata onyx-nya tertuju pada si Slytherin muda. "Di sini terlalu ramai. Kelas kosong dan toilet rusak di lantai dua adalah tempat yang lebih baik. Kalian--" ia melirik sekilas pada si anak Gryffindor yang tertidur, "akan lebih leluasa."

Setelah itu Reon berbalik, dan pergi menjauhi koridor, menuju tangga turun untuk kembali ke asramanya di bawah tanah. Senyum geli merekah di wajahnya, meski tak seorang pun mengetahuinya.

0 comments: