Greetings

Hello. My name is Tchi and this blog’s mine. I don’t write my own story here. I write about my RPG characters and Binjai Kingdom’s funny stories. Click here to read ‘my real stories’.

RPG Characters

RPG Characters

Sunday, May 23, 2010

Mantra 5, 87-88

Sejak bangun tidur hingga berjalan menuruni tangga menuju kelas Mantra di lantai tiga hanya ada satu kata yang terpeta di benak Lyssie: dingin. Udara memang benar-benar tidak bersahabat. Sekarang saja gadis berambut coklat bergelombang itu sudah merasa suaranya serak dan hidungnya tersumbat. Parah—tak sampai dua puluh minggu lagi ia akan menghadapi ujian OWL, tapi kondisinya malah sama sekali tidak fit.

Gadis itu menenggak ludah ketika teringat bahwa hari ini akan diadakan kelas praktik gabungan. Kelas lima digabung dengan kelas enam dan tujuh. Astaga. Ia akan bertemu pandang dengan para senior dengan kondisi kacau seperti itu, sungguh penghancuran image. Seraya berdehem-dehem pelan, dirapatkannya syal biru-perunggu yang melilit lehernya, kemudian membawa sepasang kaki jenjangnya memasuki kelas Mantra.

Suasana lumayan ramai; dinginnya udara tidak menghalangi semangat belajar, tentu saja. Lyssie mencari tempat duduk yang masih kosong, menemukan satu di pojok, agak belakang. Gadis itu bergegas menghampiri mejanya tanpa mengeluh. Biasanya ia memang suka mencari posisi di depan, strategis, tapi hari ini ia tak mau rewel. Toh depan belakang sebetulnya sama saja, daripada tidak dapat bangku sama sekali. Yang membuatnya ingin mengomel seketika justru adalah kodok di atas mejanya. Otomatis ia menjaga jarak, kejengkelannya terhadap hewan menjijikkan diklaim sudah mendarah daging, tapi tak lama kemudian ia tahu bahwa kodok itu pastilah sudah disihir supaya tidak bisa melompat-lompat.

Kasihan juga.

“Selamat pagi, anak-anak!” ujar Profesor Flitwick, entah mengapa suaranya terdengar agak sengau di telinga Lyssie. “Dihadapan kalian sudah ada seekor kodok. Tenang saja, mereka tidak akan melompat dari meja selama satu jam kedepan,” lanjut sang ahli Mantra sambil terkekeh. “Tugas kalian adalah memperbesarkan suara kodok itu, jika sudah berhasil, kecilkan lagi suara mereka hingga normal!”

Seperti sudah diperintahkan, Lyssie membuka bukunya, halaman 127. Sonorus. Queitus. Ini dia mantranya. Sonorus, memperbesar suara. Queitus, menetralkan suara. Lyssie menahan napas, mengacungkan tongkatnya kepada si kodok, dan berkata dengan suara serak, “Sonorus!”

“KROOOOOAAAAAKKKK!!!”

Kerasnya suara binatang amphibi itu membuat Lyssie terlonjak mundur dan tungkainya menabrak kaki kursi. “Aduh!” ia menjerit sekali, kemudian memulai sumpah serapah panjang, hanya dalam hati, yeah. Diacungkannya tongkat sekali lagi ke kodok diiringi seruan, “Quietus!”

Cukup sekali ia mencoba memperbesar suara kodok itu. Kapok.

0 comments: